Dalam Sepia, Aku Menyimpan Kamu


dalam diam, ada cerita

ia tak banyak bergerak, hanya duduk mematung dalam balutan cahaya senja yang membaur dengan warna sepia. angin sore menyapu lembut rambutnya, sesekali menggeser helai yang jatuh ke pipi.

di belakangnya, kursi besi dengan ukiran bunga tampak seperti saksi bisu dari cerita yang tak pernah selesai ditulis. 

bukan air mata yang jatuh, tapi mata yang menahan banyak kata. bukan luka yang terbuka, tapi rindu yang tak pernah mendapat tempat pulang.

dan di sana, dalam keheningan itu, ia menyusun kembali potongan-potongan kenangan. Bukan untuk kembali, hanya untuk mengingat — bahwa pernah ada rasa yang begitu utuh meski akhirnya harus luruh.


kenangan berwarna sepia

 

di antara bayang cahaya dan senyap,

kulipat rindu dalam diam yang hangat.

kursi tua menyimpan cerita lama,

tentang tawa, tentang luka, tentang yang tak sempat.


waktu berjalan perlahan di mataku,

seperti kau yang dulu pernah begitu dekat.

kini hanya bayangmu yang menetap,

di antara kenangan yang tak lagi lengkap.


sepi ini tak menusuk, hanya menenangkan,

seperti lagu lama yang tak sengaja diperdengarkan.

aku duduk, bukan untuk menunggu,

hanya mengingat.. dan merelakanmu.

 

Komentar

Posting Komentar

Postingan Populer